Kamis, 15 April 2010

Lobby komunitas kampus

Teknik Negosiasi Komunitas Kampus
Ditulis oleh Administrator
Selasa, 05 Februari 2008 08:00
Bagi komunitas kampus teknik ini menjadi bahan pertimbangan pada saat akan bernegosiasi dengan pihak lain. Negosiasi ditentukan oleh bebapa faktor diantaranya lancarnya berkomunikasi Sebenarnya negosiasi sering kita temukan dalam kehidupan sehari-hari. Negosiasi dapat diartikan sebagai proses tawar-menawar untuk meloloskan keinginan kita untuk mencapai kesepakatan. Dari pengertian itu bisa dilihat ada beberapa komponen yaitu :

-> Ada dua pihak yang melakukan negosiasi, apakah itu perorangan, tim, atau mewakili lembaganya.
-> Terjadi proses tawar menawar
-> Tujuan

Beberapa contoh sederhana negosiasi antara lain :
-> Di tawar menawar harga di pasar biasanya yang wanita sering melakukannya
-> Melobi dosen ketika telat masuk kuliah.
-> Lobby dalam sebuah forum, dll

Beberapa pertimbangan dalam melakukan negosiasi:

1. Persiapan, hal ini wajib dilakukan, misalnya memahami apa tujuan yang kita ingin capai, apa alternatif jika terjadi A, B dan C.2. Mengetahui lawan negosiasi, sehingga kita mengetahui cara menberikan strategi dalam negosiasi. Ketika mengajukan proposal ke perusahaan tanpa membaca proposal dulu, tentunya kita akan semakin dijatuhkan oleh perusahaan itu. Termasuk persiapan penampilan.

2. sering-sering bertanya untuk mengeksplor keinginan dari lawan kita, dengan demikian kita memiliki siasat yang jitu untuk memenuhi keinginan kita. semisal : “Bapak sendiri melihat mahasiswa keinginannya seperti apa?”, dengan jawaban yang diberikan kita bisa memberikan timpalan, “yah, mahasiswa seperti itu juga yang kita inginkan mengapa kami mengadakan kegiatan ini”

3. Memberikan tawaran yang maksimal atau minimal mungkin, misalnya sebagai pembeli, harus menawar harga serendah-rendahnya, dan jika sebagai penjual, menjual dengan harga yang setinggi-tingginya.

4. Menggunakan kekuatan yang ada, misalnya dalam hal melobi pihak rektorat untuk tetap mengadakan pengkaderan di kampus “di belakang kami ada 15.ooo mahasiswa yang mendukung kami tetap melaksanakan pengkaderan ini”.

5. Menyakinkan sebaiknya menggunakan angka seperti yang saya sebutkan di contoh di point sebelumnya agar lebih menyakinkan.

6. Menggunakan identitas yang bisa membuat lawan bicara kita menjadi takluk, semisal “Kami adalah mahasiswa UNAIR salah satu kampus terbaik di Indonesia”

7. Selalu mempunyai ide2 tawaran semisal ke perusahaan minta sponsor, jangan selalu mintanya uang, tapi kan bisa berupa barang, mechandise, media publikasi, atau pun komunikasi.

8. Selalu bersahabat, jadi akan menuju suatu pencapaian keputusan yang mudah. Jika sama-sama ngotot yang masing-masing akan tidak mendapatkan hasil dari negosiasi.

Hal yang perlu disadari dalam bernegosiasi adalah kejujuran karena memiliki peran penting dalam keberlangsungan kerjasama negosiasi itu. Memang negosiasi itu bisa saja berarah ke hal yang positif atau malah menjadi negatif, misalnya menggunakan ancaman setelah tidak dapat mendapatkan keputusan yang diinginkan. Semisal “Jikalau kamu tidak mau menikahi saya, saya bunuh diri saja”, hahaha itu negosiasi yang sudah menggunakan ancaman segala.

Ada lagi tempat negosiasi, kalau perusahaan-perusahaan besar biasanya tempat-tempat eksklusif menjadi tempat yang baik untuk negosiasi seperti di lapangan golf, di hotel, atau direstoran. Tergantung lagi seberapa tingkat kepentingan dari negosiasi yang kita ajukan.

Tahapan-tahapan dalam bernegosiasi
1. Perkenalan dan basa-basi lainnya, semisal apa kabar? gimana hari ini? perusahaannya makin mantap saja.
2. Menyampaikan keinginan
3. Tawar-menawar
4. Mencapai keputusan
5. Deal (dicapai kesepakatan)

Dan hasil dari negosiasi bisa berupa kemenangan di kedua belah pihak, ada yang untung dan ada yang rugi, atau rugi kedua pihak malah, atau negosiasi itu tidak memberikan hasil apapun.

Dari tanya jawab dan diskusi beberapa hal yang kita ketahui :

1. kadang negosiasi tidak bisa didapatkan dalam pertemuan sekali saja, jadi tetap berusaha untuk mendapatkan keinginan kita di pertemuan selanjutnya

2. jangan hanya terhenti dalam proses pertama tawar menawar

3. memberikan kompensasi yang adil, jangan berat sebelah.

Menjadi negosiator yang baik dan terampil memang dibutuhkan keterampilan dan pengalaman, sehingga kuncinya adalah sering berlatih. Dan sekali lagi semua itu hanya teori-teori belaka tanpa mempraktekkannya percuma hanya sia-sia.***(arul/asruldinazis.wordpress)

Rabu, 14 April 2010

SAATNYA PUBLIC RELATIONS

Barangkali anda sudah sering mendengar bahwa Public Relations itu sesuatu yang strategik bagi perusahaan karena tugas utamanya adalah membangun citra (image) positif perusahaan maupun produk. Namun, pada saat yang sama, barangkali anda juga sering melihat bahwa peran humas pada praktiknya seringkali diabaikan oleh direksi, atau bahkan dianggap di bawah marketing. Namun di era Web 2.0, era online social media, era di mana konsumen melakukan percakapan secara horisontal satu sama lain di dunia maya, sudah jelas bahwa peran PR jauh lebih penting ketimbang marketing. Itulah intisari yang saya sampaikan dalam seminar sehari bertajuk Sharpening Your Online Public Relations Strategy, di Ritz-Carlton Jakarta, Kamis 19 Maret 2009.

Seminar yang dihadiri lebih dari 150 peserta dari berbagai perusahaan ini memang membahas peran PR di dunia online, terutama di tengah merebaknya tren komunikasi horisontal antar konsumen melalui social media serta makin derasnya penetrasi smartphone seperti Blackberry. Di social media seperti Facebook, Friendster, Twitter, Multiply, Flickr dan lainnya, pendekatan iklan yang biasanya dilakukan para marketer nyaris tidak memberikan hasil. Di medium yang lebih menekankan pada percakapan antar pengguna ini para marketer kesulitan mencari bentuk iklan yang tepat untuk menarik perhatian pengguna. Itu sebabnya, meski berkembang pesat, pengelola social media, terutama Facebook terus berusaha mengoptimalkan situs social medianya agar ampuh untuk beriklan mengingat iklanlah sumber pendapatan utama mereka.

Marketer pun matikutu jika harus beriklan di pengguna smartphone semacam BB, lantaran hingga hari ini belum ada model bisnis yang disukai oleh pengguna maupun pemasang iklan. Mereka yang browsing portal penuh iklan seperti Detik.com di versi mobilenya tidak akan mendapatkan banner-banner iklan sebagaimana yang terpampang di versi desktopnya.

Itulah sebabnya, pendekatan paling tepat untuk konsumen di social media yang maunya melakukan konversasi secara horisontal dan pengguna smartphone yang bebas iklan, adalah pendekatan Public Relations, bukan iklan.

Pendekatan PR inilah yang dipaparkan dengan baik oleh Derrick Surya, Brand Manager PT. Topindo Atlas Asia, distributor utama Oli Top 1. Beberapa tahun terakhir ini, Oli Top1 digempur oleh isu negatif di dunia maya (yang tidak terbukti kebenarannya) tanpa berbuat apapun di online. Namun, semenjak tahun lalu, Oli Top 1 mulai melakukan online PR dengan membangun situs web khusus Indonesia, melakukan pendekatan ke media-media online, memperbanyak publikasi positif di media online, membuka konsultasi online untuk hal-hal yang berkaitan dengan motor dan mobil, terutama mengenai sistem pelumasan di mesin kendaraan, serta edukasi mengenai pengetahuan pelumas bagi masyarakat dan membangun komunikasi dua arah dengan pengguna Internet. Hasilnya, menurut pemantauannya, isu negatif Oli Top 1 sudah meluruh. Meski demikian, Derrick menyatakan bahwa Oli Top 1 akan terus investasi di dunia maya, dengan melakukan pendekatan online PR untuk membangun citra positif produknya.

Contoh lain disampaikan oleh Memoria Dwi Prasita, Brand Manager Bango – Unilever Indonesia. Citra yang dibangun kecap Bango adalah kuliner, tradisional, dan Indonesia, sehingga melahirkan activation programm bernama Bango Cita Rasa Nasional (BCRN) dengan key messege “preserving Indonesian traditional foods”. Pelestarian makanan tradisional inilah yang kemudian melahirkan program Festival Jajanan Bango yang digelar setiap tahun di berbagai kota sejak 2005. Di dunia maya, Unilever bekerjasama dengan komunitas Bango Mania, yang sangat intens membangun komunikasi melalui berbagai kanal online, termasuk blog, forum, mailing list, hingga social media seperti Plurk dan Facebook. Hasilnya antara lain, pada tahun 2008, tercatat 500 lebih postingan blog dan 500-an email mengenai Festival Jajanan Bango, jauh meningkat dibanding tahun sebelumnya.

Oli Top 1 dan Kecap Bango memang saya undang khusus untuk menjadi bintang tamu pada seminar tersebut agar peserta mendapat paparan mendalam menganai langlah-langkah ke-PR-an mereka di dunia maya. Namun saya juga memberikan contoh lain, seperti Indosat yang mencoba membangun Indosat FansBerry melalui aktivitas di Facebook, dengan pendekatan penambahan teman sebanyak-banyaknya berhadiah Blackberry Indosat. Saya juga mencontohkan bagaimana Toyota Astra Motor membangun komunikasi horisontal di Facebook dengan membuat account Yaris Groovynations dan menyelenggarakan program Yaris Grooviest Moment Celebration, yang men-tag foto bersama mobil Yaris.

Di akhir seminar, saya memberikan tips bagaimana membangun strategi Public Relations di online, khususnya di social media. Strategi itu harus dibangun berdasarkan user insight lokal, bukan user insight internasinal. Saya memang memberikan beberapa data user behavior pengguna social media global hasil riset Marketing Sherpa. Namun saya juga memberikan hasil riset lokal yang dilakukan Virtual Consulting, yang dalam beberapa hal berbeda dengan temuan global. Sebagai contoh, tujuan utama pengguna global di social media adalah bersenang-senang. Sedangkan tujuan utama pengguna Indonesia di social media adalah membangun jaringan. Perbedaan lain masih banyak. Dengan demikian, pemahaman user behavior lokal mutlak diperlukan untuk membangun strategi Public Relation di dunia maya dengan target konsumen Indonesia.

Peran Media Komunikasi Modern (TV) sebagai Sarana untuk Menghancurkan

Pernahkah terjadi terhadap individu dalam komunitas kita?

Kita merasa telah menjadi bagian penting dari suatu komunitas, namun pada suatu waktu tertentu, ternyata kita bukanlah siapa-siapa di komunitas itu.

Perasaan terabaikan, meskipun sesaat, bisa saja terakumulasi menjadi sebuah tindakan yang berorientasi kepada pencariannya tentang kebutuhan dasarnya di dalam komunitas.

Era komunitas modern, dalam hal ini komunitas dengan dasar kerelaan individu untuk bergabung, eksistensi komunitas dapat dinilai dari lamanya komunitas tersebut hidup beraktivitas di tengah lingkungannya. Kita sebut saja komunitas otomotif, pecinta alam, olahraga, hobi, dan lain-lain.

Sangat penting bagi komunitas itu untuk mengevaluasi hal-hal kecil mengenai perasaan terabaikan ini.

Seberapa sering anggota komunitas itu mengeluh bahwa dia terlupakan pada saat ada kegiatan tertentu.

Seberapa banyak anggota yang harus kesulitan mengingat-ingat kepada siapa informasi getok-tular (dari mulut ke mulut– jawa) akan disampaikan.

Tentunya juga seberapa jauh punggawa komunitas ini mengerti tujuan anggota untuk bergabung di komunitas. Kebutuhan akan berkomunitas secara sukarela bisa jadi ada di area abu-abu dalam hirarki kebutuhan dasar Maslow, yaitu hirarki 3 kebutuhan sosial, 4 kebutuhan penghargaan, dan 5 kebutuhan aktualisasi diri.

Akan menjadi hal yang sangat besar manakala masalah kecil komunikasi ini menimpa anggota komunitas yang tergolong mencari kebutuhan paling tinggi, yaitu kebutuhan aktualisasi diri, dan dia merasa terabaikan. Ketiadaan ikatan yuridis akan memudahkan ikatan indvidu itu lepas dari komunitasnya.

Bentuk komunikasi dalam komunitas modern sekarang ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan dengan cara meng-kolaborasikan berbagai jenis media komunikasi yang ada. Selain copy darat, telepon kabel, seluler, sms, mms, mailing list (milis), chatting room, hampir semua sudah mempunyai situs khusus di internet. Sekali lagi tujuannya hanya satu : bagaimana komunitas ini bisa eksis di tengah lingkungan.

Cukup?

Relatif. Masalahnya adalah seberapa cepat informasi itu sampai ke seluruh anggotanya. Seberapa kokoh media informasi ini membuat pagar untuk anggotanya, agar ikatan emosionalnya tetap terjaga.

Selain chatting dan milis, semua media komunikasi tersebut di atas masih mempunyai hirarki bertingkat-tingkat untuk mencapai seluruh anggota.

Ada dua kendala di sini,

Yang pertama, chatting dan milis harus dilakukan dengan media internet. OK-lah jika seluruh anggota memiliki ponsel yang support internet.

Sedangkan kendala yang kedua, adalah semangat dibangunnya suatu komunitas modern mempunyai ciri penghilangan sifat feodal di organisasinya. Sementara komunikasi yang mempunyai hirarki bertingkat-tingkat sangat beraroma feodal. Ada satu kontradiksi di sini.

Sudah banyak komunitas yang cukup tanggap dan kreatif mengatasi kesenjangan semangat pendirian komunitas ini dengan menggunakan media komunikasi yang bisa mengakomodasikan kepentingan komunitas tersebut. Kolaborasi antara kecepatan informasi, ikatan emosional antaranggota, dan sifat egaliter yang menjadi semangat dasar komunitas modern.

Ada satu produk yang menarik untuk dipertimbangkan dalam kegiatan berkomunitas. FlexiMILIS. Produk layanan Telkom yang satu ini terkesan malu-malu untuk dipublikasikan jika dibandingkan dengan saudaranya, Flexi dan Speedy. Bisa jadi karena produk ini bersifat content dan ditujukan ke komunitas yang lebih melek (terbuka mata — jawa) teknologi. Melek di sini diartikan bahwa suatu komunitas modern, dengan karakteristik masing-masing dinilai sudah mampu mengeksplorasi dan memilih sendiri suatu layanan yang bisa mendukung aktivitasnya.

FlexiMILIS, bisa jadi berawal dari ide mailing list, hanya dengan media sms, seseorang bisa mem-broadcast informasi langsung kesemua anggota milis itu. Hirarki hanya terjadi antara pengirim pertama dan penerima. Masing-masing anggota bisa membalas langsung sms tersebut, dan diterima oleh semua anggota pada saat itu juga. Komunikasi model ini akan sangat efektif untuk mendukung kegiatan komunitas khususnya pada saat komunitas tersebut mengadakan suatu event.

Beberapa hal yang bisa diperoleh suatu komunitas ketika memanfaatkan FlexiMILIS ini adalah tidak adanya sekat, pilih kasih penerima informasi, dan feodalisme antara anggota satu dengan anggota lain. Sifat egaliter ini yang akan membuat ikatan emosional antaranggota komunitas lebih kuat lagi.

Sebenarnya tidak hanya komunitas modern ini yang bisa memakai produk ini, organisasi-organisasi resmi pun bisa memanfaatkan kemudahan komunikasi dari produk ini. Pemda, misalnya. Alangkah bahagianya seorang staf rendahan di kantor menerima sms, ucapan selamat lebaran misalnya, langsung dari juragan besarnya di kantor dia. Sementara dari sisi juragan besar, dia hanya mengirim satu sms, dan abrakadabra…, seluruh bawahannya mendapatkan informasi pada saat itu juga.

Pikiran tentang keterabaian, tentang keterpinggiran anggota komunitas, kemunduran bioenergi komunitas karena kendala komunikasi langsung, semoga saja tidak akan terjadi lagi di masa depan salah satunya cukup hanya dengan mencoba produk inovatif ini.